Membangun Cinta


Menikah
Untuk Membangun Cinta
Bukan Hanya Untuk Jatuh CInta
Bismillahirahmanirohim..
Menikah, pernikahan banyak orang yang menyatakan bahwa sebuah pernikahan itu akhir dari segalanya, akhir dari derita, akhir dari perkenalan dan memilih menikah karena merasa cocok dan sudah tahu kepribadian masing-masing.
Benar dikatakan bahwa pernikahan sebuah keindahan yang dinanti selama ini, namun kurang benar dikatakan jika alasan menikah karena sudah merasa cocok dan sudah tahu kepribadian masing-masing selama pacaran dan tujuan menikah akhir dari kedukaan (selama pacaran) dan bahagia selamanya.
Karena hakikat pernikahan bukan hanya kecocokan semata. namun ketika kita siap melangkah menikah, berarti siap untuk memahami makna pernikahan dan menikah itu bukan semata untuk jatuh cinta semata namun untuk membangun cinta.
Menikah itu bahagia rasanya tiada tara, bahagia dan bersyukur karena allah sudah pertemukan dengan takdir sesungguhnya, separuh hidup, penyempurna ibadah.
Seperti halnya bumi dan langit, bulan dan bintang, kiri dan kanan, ada laki-laki dan perempuan begitupun dalam kehidupan pernikahan ada suka dan ada duka. Duka, kedukaan bukan berarti kehidupan yang pedih dan pertanda kita harus jauhi pernikahan, justru itulah kebahagiaan yang tertunda dan itu merupakan tantangan untuk ada di level bahagia sesungguhnya. kita harus ingat sebuah pepatah mangatakan semakin tinggi pohoh , maka semakin kencang angin menghembus.
Jadi dalam pernikahan sebenarnya awal dari perkenalan, awal kita saling mengetahui segala halnya. Keterbukaan, komitmen saat pacaran itu tidak ada apa-apanya, dan yakin seterbukanya ketika pacaran masih ada hal yang tersembunyi, disembunyikan. Beda dalam pernikahan, kalau bahasa sunda berungkang “tos bruk brak”.
Namun akan ada banyak hal yang terasa , terjadi dari apa yang tidak pernah kita duga sebelumnta. Saling jujur, jangan ada yang ditutupi komitmen yang dipegang ketika berpacaran itu secuil dari kenyataan diri kita. Kenapa? Karena kadang diri kita sendiri tidak faham diri kita, sifat kita seperti apa.
Maka kita perlukan  pegangan bahwa kesiapan kita untuk menikah “insyaallah” allah hadirkan kecocokan hati pada satu insan, dari situ pula kita niatkan “bismillah” siap dan siap untuk bisa saling menerima, saling melengkapi, saling memahami, saling melindungi, saling mengingatkan dan banyak saling lagi.
Pernikahan merupakan keselamatan. Dan untuk selamat dalam pernikahan tidak mudah mencapainya. Bersyukurlah pada diri, jika dalam hidup kita diberikan liku kehidupan, berbagai macam peristiwa terjadi, teralami, ada banyak ujian, ada banyak rintangan, karena itu pertanda kita menjadi manusia yang berkualitas. Berkualitas tidak hanya di dunia namun juga di akhirat “insyaallah”. Dengan syarat kita pintar mengambil hikmah dari setiap apa yang terjadi dan teralami. “insyallah”.
Ketika menanti dipertemukan jodoh ada hembusan keputusasaan, lelahnya menanti dirasa dengan dibaluti kegelisahan, kegundahan. Apalagi saat kita melihat teman seperjuangan sudah menggendong bayi, berdatangan u dangan, banyak pertanyaan “kapan”, (insyaallah itu ujian) sabarlah duhai hati. begitupun ujian dalam menentukan pilihan, hati merasa cocok, nymaan, namun kadang apa yang kita pilih tidak sehati dengan hati orangtua. Adapun ketika kita dan orang tua merasa cocok, namun ada pihak luar yang menyatakan dan berpendapat “tidak cocok”dengamberbagai pendapatnya,
1. jangan mau sama dia, dia itu orangnya terlalu layanan (pada lawan jenis)
2. jangan mau sama dia, dia itu ga bisa apa-apa, ga bisa mengurus rumah tangga seperti memasak,mengerjakan pekerjaan rumah, dll.
3. jangan disayangkan, anak kamu tampan/cantik, sementara. ?
Semua itu kembalikan pada sang penggemgam takdir, orang boleh berpendapat apapun, namun kembalikan pada keyakinan hati atas curahan hati pada sang maha kuasa, karena ssebenarmya yang tahu kebenaran, kepantasan, kecocokan hanya allah semata. Perkara sikap siapapun khususnya seorang perempuan yang jadi sorotan (dipilih). Memang perilakunya saat ini cerminan masa depan, maka tidak sedikit laki-laki lebih memilih wanita sempurna, wanita serba guna, wanita serba bisa, karena tidak usah repot dan lebih enak dilayani seorang raja (enggan mendidik). Namun bukankan jika kita kembalikan pada fungsi laki-laki yang memiliki peran sebagai imam, sebagai pemimpin tugasnya wajib mendidik, memimpin, membimbing sang istri. Maka tidak benar jika seorang laki-laki mundur menjatuhkan pilihan hanya karena alas an seperti ungkapan di atas, sementara dia sendiri sebagai laki-laki enggan melaksanakan tugasnya. Bukan berarti salah ketika seorang laki-laki mendapatkan istri yang serba bisa, Alhamdulillah itu mungkin nilai plusnya.
Begitupun saat menuju jenjang pernikahan akan ada banyak rintangan, ujian , cobaan menghampiri. Seperti halnya ujian didatangkannya sebuah keraguan, dengan merasa tidak nyaman atas pasangan kita, hadirnya seseorang dimasa lalu, persiapan akad/resepsi, dan banyak lagi. Seperti halnya,
1. Hadirnya orang yang didamba selama ini menjadi jodoh kita
2. seseorang dimasa lalu mengakui penyesalan telah meninggalkan, dan meminta kembali
3. so agamis menyatakan jika dalam pertemuan tidak sisakan luka, maka besar kemungkinan rasa akan selalu isi relung hati keduanya
4. ungkapan banyak hal yang pernah dilakukan
5. ungkapan dia begini, begitu, tak pantas untukmu, aku lebih baik,..
6. jika boleh memilih, aku ingin dijodohkan denganmu, semoga allah tunjukan yang terbaik untuk kita dmasa depan
Satu kata yang harus terucap “Alhamdulillah” dan satu rasa “Bersyukur” jika dipertemukan dengan peristiwa yang terjadi seperti salah satunya. Itu pertanda kita ini orang yang berkualitas di dunia, pertanda allah ingin kita naikan level keimanan kita, kita ini orang yang terpilih oleh allah, dan kita ini orang yang terpilih oleh takdir kita dan melawan yang tergagalkan move on dan terspecialnya allah inginkan kita menjadi pasangan yg super.
Namun tetap kita harus merendahkan hati kita, jika kita mampu melawan semuanya bukan berarti kita harus terus berbangga diri dan merasa diri ini hebat dan terus berbangga, apa daya kita ini ada djalan ini, atas nama allah yang mengamanahi hidup dengan jalan yang telah ditentukan. Karena sebaik-baiknya hidup itu yang allah tetapkan yang terbaik.dan kita focus dengan tujuan utama menikah untuk saling mengenal, saling menerima, saling mengingatkan, saling melindungi. Semoga diberkahi untuk kita semuanya. amin
Setelah pernikahan akan banyak hal yang kita tidak pernah duga sebelumnya bersama pasangan kita namun semua yang  terjadi harus kita terima, misalnya ada banyak rasa kebetean, kekesalan terhadap pasangan kita. Ada ungkapan hati “ih naha begini, ko begitu” bahkan ada langkah “ingin berakhir” ada juga rasa  “nyesel dan sedih” dan pertanyaan “kenapa dipertemukan dengannya” “jika memang dia begini, kenapa allah mudahkan untuk bersama” “kenapa untuk dia yang kaya, untuk dia yang tampan, untuk dia yang pintar, untuk dia yang gagah, untuk dia yang sholeh”(dan banyak lagi) selalu allah sulitkan? (Dan intinya ia merasa takdirnya tidak baik, dan ga cocok)
Jika ada rasa, duga semacam itu hanya satu obatnya “percaya’. Iyah percaya pada allah, karena allah tidak akan salah menggariskan kehidupan untuk hambanya dan lakukanlah cara “tataplah wajahnya, matanya, ingatlah lafadz yang pernah terucap dari lisannya dihadapanmu, keluargamu dan dihadapan tuhanmu (allah), dia ada lah laki-laki pemberani dihadapan allah. juga lihatlah dia yang dari awal siap menerimamu,menemanimu menjadi pemberani, terkuat saat berjumpa walinya meminta restu dan dia yang menerima apa adanya dirimu.
Tidak cukup jelang pernikahan ujian dating hampiri sebagai penguat.namun sepanjang perjalan membangun cinta akan berdatangan hadir darimanapun caranya, apa itu dari ekonomi, orang ketiga dan banyak lagi. Apalagi jika kita harapkan pernikahan dalam membangun cinta untuk mencapai ar-rasyNya sehidup sesyurga.
Namun jika demikian, bukan berarti kita harus urungkan pernikahan, menjauhi pernikahan. Justru kita harus kuatkan niat kita, hati kita, tekad kita untuk menikah, untuk membangun cinta, untuk bahagia bersama sehidup sesyurga sehingga menjadi jodoh dunia akhirat. Sama-sama membangun cinta suci , saling menasehati, bersama-sama melalui setiap ujian dariNya
Adapaun rasa itu hadir itu semata untuk menyadarkanmu tujuanmu menikah dan mengingakan akan ilmu yang kau petik ketika dibangku sekolah, kuliah dan juga suatu bukti mendengar pepatah orang tua dalam pernikahan itu untuk saling dalam segalanya. Jika faseu bĂȘte, kesel itu terlewat percayakan kebahagiaan itu tiada taranya, bahagianya menikah itu. Jadi rasa itu semua adalah ujian dalam pernikahan dalam membangun cinta…

Komentar