Masa Pertama Menjadi Guru Piket

 selain tugas guru piket sebagai memperhatikan penyalaan bel masuk, istirahat dan pulang, guru piket juga harus memperhatikan keadaan kelas, yang dimana keadaan kelas harus selalu kondusif saat jam pelajaran berlangsung. Sekalipun tidak ada guru yang masuk dijam pelajaran, guru harus tetap harus bisa mengkondusifkannya. Seperti dengan guru piket sendiri yang mengisi saat jam pelajaran ada yang kosong. Seperti Yang terjadi pada hari sabtu tanggal 20 juli 2013, ada beberapa guru yang sedang halangan sehingga tidak bisa masuk pada jam pelajarannya, dan ini wajib selaku guru piket untuk mengisi waktu agar lebih bermanfaat. Adapun pengalaman penulis di waktu melihat kondisi dan situasi kelas terlihat kosong maka penulis mencoba Mengisi dikelas 7 C mata pelajaran bahasa arab tentang ta’aruf. Pembelajarn tidak termasuk kepada praktik penilaian yang wajib kami lalui sebagai Guru PPl, akan tetapi disini penulis hanya menggantikan sementara sampai gurunya datang. Setelah terlihat Nampak guru bahasa arab, lalu penulis menghampiri untuk mempersilahkan kembali atas hak jam mengajarnya. Tapi disini saya diminta untuk melanjutkan mengajar di kelas 7 c, dan disini penulis merasakan atas respon yang diberikan para siswa kelas 7 c, ya walaupun ada salah satu dari mereka yang susah di atur (bandel), tapi penulis merasa senang. Karena disini penulis bisa membedakan mana respon bandel siswa karena malas dank karena senang. Terima kasih siswa kelas 7 c Mts As-sawiyah, kalian memberikan ibu semangat.^_^.
Tapi . . .
Ada pengalaman yang sangat membuat merasa kaget, di tengah-tengah mengisi pelajaran bahasa arab di kelas 7 C. karena pada awalnya, dalam menyampaikan pelajaran penulis tidak menggunakan bahan ajar, karena bahan ajarnya di pegang guru pamong. Maka penulispun hendak ke keantor mengambil bahan ajar, tapi sebelum pada tujuan utama mencari bahan ajar untuk pembelajaran di kelas 7 C. karena masih terlihat banyak siswa yang berkeliaran di luar pada jam pelajaran maka penulis diminta ibu bebie selaku guru piket juga untuk mengkondisikan kelas 7 A. maka penulis pun hendak bergegas ke kelas 7 A, untuk mengkondisikan dan memimpin untuk berdo’a sebelum belajar. Saat penulis ucapkan salam “Assalamu’alaikum”, dengan cetus dijawab “wa’alaikum salam”. Penulispun bertanya mengenai pelajaran apa dan sudah berdo’a atau belumnya. Jawabannya kompak, tapi tatapanku tertuju pada salah satu yang dimana saat pertama masuk kelas, wajahnya begitu kusam. Dan saat penulis Tanya siapa “ketua kelas”, ternyata dialah orangnya yang begitu kusam wajahnya. Saat penulis pinta untuk memimpin berdo’a, dengan judes dan wajah yang judes dikatatakannya, “mari kita belajar dalam hati, mulai”. Sungguh sikapnya membuat hati penulis gak enak. Dikarenakan penulis punya tanggungan di kelas 7 C, jadi penulis tidak bisa lama-lama dan tiada lain untuk mengisi jam pelajaran kosong, meminta para siswa untuk membaca atau mencatat. Dan penulispun meminta bantuan kepada ketua kelas untuk membawakan buku paket ke kantor. Tapi tiba-tiba, “Plaaaaaaaak”. Suara meja terpukul dengan tangan halusnya, “Hmmmmhhhh, dalam hati penulis”. Penulis berpikir, kenapa dengan anak ini, bertemu juga baru saja, apa yang salah?. Tapi gak apa-apa, apa gunanya penulis belajar perkembangan peserta didik, tapi penulis juga tidak bisa menyadarinya. Dalam hati penulis hanya bisa menahan dan bersabar. Dengan nada lembut penulis Tanya, “kenapa dek?”. Terus ku tanyakan dengan nada lembut, “kenapa dek?”, Dan hingga akhirnya terliha yang pada awalnya wajahnya begitu panas membara berubah mencair. “mungkin lagi emosi kali ya?” ^_^. Dan penulispun langsung melanjutkan mengajar menggantikan guru pamong di kelas 7 C. Kriiing Kriiing, tanda bel berbunyi mendandak jam pelajaran habis dan penggantian pelajaran. Penulispun beranjak dan diakhiri dengan “semoga ilmu yang di dapatkan hari ini, bermanffat, Amin “jawab para siswa”. penulispun langsung menuju kantor. Dan setelah diperiksa kembali, ternyata ada jam kosong lagi di kelas yang berbeda. Penulispun diminta ibu beby untuk mengisi mata pelajaran SKI di kelas VIII A. dan setelah penulis masuk, Alhamdulillah memberikan kesan baik pula respon dari siswa kelas VIII A juga.yang pasti selalu ada ditiap kelasnya yang susah diatur. Tapi itu lah yang membuat terkesan dalam pembelajaran. Yang membuat merasa tertekan bukan karena menghadapi anak-anaknya, tapi dengan mata pelajaran yang dihadapi. Penulis merasa sudah sekian lama tak berjumpa dengan mata pelajaran tersebut. Meski itu merupakan sejarah kaum muslimin, tapi sejarah itu tidak mudah untuk diingat. “alasan”. Tapi dengan pengkondisian waktu, selalu saja ada ilham dengan apa yang harus aku lakukan dan apa yang harus ku katakan dalam pembelajaran sejarah kebudayaan islam ini.  Dengan sekilas memberikan penjelasan tentang sejarah kebudayaan islam pada masa kekhalifahan dinasti abbasiyah dan diakhiri dengan pemberian mufrodat bahasa arab yang berkenaan dengan sekitar kelas kepada siswa kelas VIII A. tak terasa watu berlalu dengan cepat, sampai pada akhirnya penulis melihat sosok diluar pintu kelas, penulispun sadari dan beranjak ke kantor. Setelah tiba di kantor, biasa melakukan apa yang harus dikerjakan. Beberapa saat kemudian “ibu, ada jam pelajaran kosong mata pelajaran TIK, sok aja di isi apa aja, dengan perkenalan atau apa yang pasti tidak membuat para siswa berkeliaran”, bapak mamat mengatakan. Tapi benar, “cape rasanya”. Dan akhirnya ada yang mau berbaik hati, bapak gunawan bersedia membantu. Dan penulis melanjutkan apa yang harus dikerjakan membantu melipat surat-surat edaran untu para siswa dari pihak sekolah.
23-07-2013

Mulai tampak sifat keaslian dari siswa siswi Mts As-sawiyah ini, tapi semua ini menjadi tantangan bagi penulis, bahwa tidak mudah menjadi pendidik atau bisa dikatakan menjadi seorang guru. Dalam pemahaman berbagai teori tentang pendidikan termasuk bagaimana menghadapi peserta didik, mengkondisikan kelas sudah tidak asing bagi kami sebagai mahasiswa dan calon pendidik, karena itulah yang kami makan dan santap dalam sehari-sehari. Tapi dalam nyatanya dilapangan tidak mudah dalam pengaflikasiannya. Harus bersabar dan lebih bersabar. Penulis merasa tenggorokan ini seperti tercekik dalam menghadapi para siswa, tak kuasa lagi berkata melihat tingkah lakunya. Tapi bukan berarti penulis meras kesal, marah dan lainnya. Justru dengan respon para siswa seperti itu, penulis merasa senang, karena menurut penulis dengan respon siswa seperti itu tandanya penulis dianggap ada oleh para siswa. hanya harus lebih bersabar dengan sifat manjanya itu. dan penulis harus lebih bisa tegas dalam mengkondisikan suasana kelas, agar para siswa bisa membedakan suasana kelas dan diluar.
next time

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan DUka

Hikayati MTS 히가ㅑ티 (훗나)

Suka Korea n India