Hikayati MTS 히가ㅑ티 (훗나)



Setiap insan pasti memiliki sisi kelebihan dan kekurangan, memiliki hobi dan cita-cita yang berbeda . begitupun aku, aku termasuk orang yang cinta akan seni. Semenjak aku mengingat diriku sendiri ada di dunia ini, betapa aku menyukai seni dan ingin menjadi seorang seniman. Baik itu di bidang keterampilannya, musiknya  ataupun di bidang tarik suara. Yang semakin kuat dengan keinginanku karena semenjak kecil aku sudah terbiasa melantunkan syair lagu, membuat keterampilan tradisional, hingga akhirnya aku mempelajari tentang koreografer, vocal, berbagai tarian, berakting/drama dsb. Melihat bakatku yang semakin hari semakin menonjol, membuat mamah berniat di waktu aku menginjak sekolah SMA nanti, mamah akan menyekolahkan aku di sekolah seni “Karawitan, sampai perguruan tinggi di STSI. Tekad mamah menyekolahkan ku ke sekolah seni membuat aku semangat, karena itu yang aku mampu dan aku bisa sehingga mamah mau menjujurkan bakat aku.

Berbagai perlombaan pernah aku ikuti di tingkat sekolah, madrasah, desa, dan kecamatan. Yang paling menonjol dari lomba yang pernah aku ikuti di bidang tarik suara. Dalam mengisi acara-acara resmi sekolah ataupun desa disana saya selalu dipinta untuk menghibur para tamu yang hadir.  Hingga akhirnya pada suatu hari, karena sering melihat aku tampil dan berani mengisi di beberapa acara, beberapa grouf music yang ada di sekitar mengajak untuk bergabung. Mereka berkata bahwa aku memiliki bakat. Sempat terfikir untuk menyutujuinya, tapi rasa malu lebih kuat. Walaupun aku belum memahami sepenuhnya tapi disana aku menyadari bahwa aku sekolah di Madrasah Tsanawiyah, yang dimana notabennya berbasis agama, berjilbab kesehariaan saya di sekolah (ya walaupun kadang di lingkungan rumah kadang ya kadang tidak) “ma’lum belum tahu benar mengenai di jilbab”, tapi sedikitnya saya harus menjaga nama baik sekolah. Saya gak berani untuk menerima ajakan untuk menyanyi di keliling dari panggung ke panggung, apalagi saya sebagai siswa tidak mungkin saya mengabaikan sekolah. Saat itu mamah pernah memberikan pendapatnya untuk “tidak apa-apa terima saja, biar  neng nyanyi nya di malam hari saja dan mamah yang akan selalu menemani neng disaat manggung dan jangan samakan dengan penyanyi lainnya yang terbuka, tapi neng tetap menjaga jilbab neng”. “ujar mamah”.Takdir berkata lain, dan aku memilih untuk “tidak”.

Disetiap Malam 17 agustus selalu di isi acara-acara yang meriah sebelum acara resminya berlangsung, disana saya, mamah dan penyanyi lainnya di minta untuk menyanyikan lagu Himne Garut. Disana saya merasa bangga sekali menjadi warga Garut diberi kesempatan untuk menyanyikan lagu kebangsaan bagi para warga garut. Setelah acara berlangsung, seseorang ahli seniman lagi yang memiliki grouf music meminta aku untuk bergabung dengannya lagi dan dengan cepatnya dia meminta aku untuk melakukakan latihan dalam tiap minggunya. Sebelum aku menjawab juga sudah disimpulkan dan membuat jadwal latihan segal, belum tentu aku mau. ^_^.

Aku sangat merasa senang disaat semua mata orang tertuju dengan senyuman bangga yang tertuju padaku, terutama bagi senyuman seseorang yang bagiku sangat berharga yang selalu membimbing aku bisa menjadi seperti ini yaitu mamah. Terlihat begitu bahagia dan sedih di saat melihatku dan menunjukan senyum semangatnya disaat aku memegang sebuah piala saat itu. “ya allah”, aku tidak bisa berkata apa-apa. Sapaan  bapak camat sambil mengeluskan kepalaku, “lanjutkan ya prestasinya!”. Saat mendengar nasihat bapak camat yang terhormat, rasanya aku tidak bisa membendung air mataku lagi. Dan Bapak lurah yang budiman, terimakasih juga atas bimbingan dan uang jajan yang selalu engkau selipkan buatku. Aku selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik.




Tidak lupa kepada bapak guru dan kepala sekolahku “pa Epul”, terimakasih atas segala kasih saying yang telah kau curahkan. Selama di Mts Al-khoeriyah, banyak kenangan yang tak mungkin aku bisa lupakan. 3 tahun lamanya itu tidaklah sebentar, yang pasti banyak pelajaran yang menjadi amanat bagiku. Perhatian terhadapku membuatku begitu istimewa, begitu terlihat kasih saying yang di curahkannya padaku. Saat aku menjabat sebagai ketua OSIS di tahun ajaran 2006/2007 begitu terasa kehangatan atas kerja sama dan kedekatan dengan para guru. Saat itu ada acara sekolah turnamen sekecamatan, saat itu pula aku bertekad untuk tekad ikut menghadirinya sekalipun saat itu aku menjabat sebagai ketua OSIS. Tapi di situ, bapak kepala sekolah bertekad untuk tidak mengirimkan dan tidak hadir di acar turnamen tingkat kecamatan. Alasannya , karena aku tidak ikut. kenapa bapak iih? ”Tanya aku dengan nada heran”. Karena neng gak ikut, kalau neng gak ikut untuk apa berangkat?. Bapak tekankan kalau neng ikut maka bapak juga akan izinkan untuk mengirimkan anak-anak, karena di sini neng punya tanggung jawab sebagai ketua OSIS”. Jawab bapak kepala sekolah dengan tegas. “tapi pak, kan neng gak ikut di salah satu perlombaannya, jadi untuk apa nanti kesal disananya”. Jawab aku dengan nada manja,^_^”. Ah pokoknya itu tergantung pada neng titik, neng ikut kita berangkat kalau neng ga ikut, ya sudah kita gak berangkat. Dengan tegas bapak kepala sekolah meyakinkan aku untuk ikut. Disana dengan rasa ragu aku jawab, “ya pak, neng ikut”. Ke esokan harinya, lagi-lagi malas menyelimuti. Satu persatu mobil yang di naiki dari sekolah kami melewati rumahku, di sana aku hanya menatapnya dari jendela dengan hati berkata “berangkat gak ya, berangkat gak ya?”. Teringat-ingat saat bapak kepala sekolah berkata supaya aku bersiap-siap dan tunggu mobil di jalan. Sampai mobil terakhirpun aku masih belum beranjak bersiap-siap. Sampai akhirnya, “kring…kring… kring”. Bunyi telepon berbunyi. “siap-siap sekarang bapak sedang di perjalanan, nanti bapak jemput”. “Dengan tegas ci bapak berkata”. Samapai akhirnyapun aku berangkat menghadiri perlombaan turnamen tingkat kecamatan menaiki mobil yang di tumpangi para guru. “ya Allah si bapak meni segitunya, demi aku harus ikut, segitunya bapak.^_^”.

Sesampainya di kecamatan, para peserta perlombaan kesana kemari mengikuti perlombaan. Sedangkan aku “engah engoh engah engoh, ^_^ “. Bapak aku sendiri sebagai pembimbing acuhkan aku. Teganya. Bapak kepala sekolah menghampiriku dan meminta aku untuk pergi kesana kemari “ah pokoknya nyapekeun we ^_^ “ sambil mengikuti pantatnya. Sudah cape kesana kemari melihat-lihat berbagai perlombaan dan memberikan motivasi bagi para pemain. Adzan maghrib berkumandang, kamipun beranjak ke tempat penginapan. Disana para peserta plus aku diberikan konsumsi, tidak lama dari itu bapak kepala sekolah lagi menghampiriku lagi sambil memberikan sebungkus nasi. Padahal saat itu aku juga sudah mendapat dari para panitia. Pas aku buka ternyata isinya berbeda, ada kelas special dan kelas biasa. Aku merasa heran, aku mendapatkan dua konsumsi yang dimana konsumsi yang pertama diberikannya dari panitia yang isinya sebagaimana biasanya, akan tetapi konsumsi yang ke dua yang diberikannya kepala sekolah isinya begitu istimewa karena kelas tinggi. Heran dan merasa heran, aku yang memiliki keringat yang tidak aku tumpahkan tapi aku . . .??? di kasih uang saku pula. Di sana aku bukannya berjuang demi nama baik sekolah tapi aku malah enak-anakan diam, duduk, jajan, dll. Sementara temanku yang lain, panas-panasan. Lari-larian mengikuti perlombaan.
Di tahun pertama aku mengikuti perkemahan “Pramuka” senang, bahagia ku rasakan. Di waktu perkemahan pertama ini aku masih menjadi anggota, yang dimana sebagi anggota aku harus menerima segala aturan ataupun perintah dari ketua. Kebetulan yang menjadi ketua saat itu, aku mengenalnya karena dia “Bibi aku, namanya Siti Sa’adah”. Saat perkemahan berlangsung, disana aku di tunjuk untuk mengikuti berbagai perlombaan seperti MTQ, dan berbagai perlombaan yang berbau Pramuka. Karena aku akui, aku begitu suka dan pramuka dan tahu tentang pramuka. Jadi disana aku selalu ada membantu rekan yang lainnya dalam menjalani perlombaan seperti Simapore, sandi morse, sandi kotak dan lainnya. Dan Alhamdulillah setiap perlombaan tidak sia-sia, kami disini mendapatkan juara dan mendapatkan banyak makanan dari hadiahnya. Tapi aku gak sempat menikmatinya dan aku pula tidak mengikuti acara yang begitu menyenangkan dan membuat lelah yaitu “Penjelajahan”. Karena aku harus bersiap-siap menunggu jemputan untuk mempersiapkan perlombaan di kecamatan mewakili desaku tercinta. Pemberian semangat terhadapku dari para panitia membuatku semakin tegar dan para panitia mengizinkanku untuk meninggalkan perkemahan sekalipun perkemahan belum selesai dilaksanakan. Tapi menurutnya dengan aku meninggalkan perkemahan pula, itu hal yang baik pula.
Perkemahan kedua di tempat/desa yang sama hanya letak perkemahannya yang berbeda, aku selalu terkontrol dengan didatangi ke tenda perkemahhan tiap menit ^_^ sambil menanyakan apa sudah makan atau belum dan yang terpenting dalam memperhatikanku itu saat itu karena mungkin merasa takut aku di apa-apain kali ya, karena saat itu suka ada yang dating ke tenda mendekat-dekati aku. Mungkin disana bapak kepala sekolah khawatir terhadapku.^_^. Saat aku sakit merawatku dan mengajak aku istirahat. Lucunya, saat itu aku melihat kepolosan bapakku yang dimarahi bapak kepala sekolah. “ari kamu kenapa punya anak teh di biarin wae, meni gak tahu anak sakit juga”. Dengan senyum-senyum campur perasaan malu bapak saat itu. Tapi disana aku gak benci kepada bapakku, karena bapak memang seperti itu adanya, dingin, cuek. Saat pulang dari perkemahan aku tidak seperti yang lainnya juga, tapi aku di antarkan. Kenapa begitu perhatiannya padaku? Kadang aku bertanya-tanya kenapa para guru sekalipun kepala sekolah begitu baik padaku. Sempat terfikir apa semua ini memang karena murni mereka suka, sayang karena aku dan prestasi aku? Atau karena aku anak sesame mereka. Karena mamah dan bapak aku mengajar disana sehingga mereka baik padaku. Di setiap hari saat pulang sekolah aku melawan teriknya matahari yang begitu panas, kadang disetiap perjalanan selalu ada saja para guru lewat yang kebetulan searah denganku. Padahal disana bukan hanya aku sendiri banyak temanku yang lainnya, tapi sempatnya untuk menahan motor yang di kendarainya mengajak aku pulang bersama. Aku sebagai anak yang belum tahu apa-apa dan begitu polos, merasa senang saat di ajak pulang bersama.karena tidak tahan melawan panasnya matahari di siang hari. Kadang motor yang di taiki itu, tidak kosong tapi tetap saja aku selalu saja di selipin. “ya Allah, tak akan aku lupakan kasih sayangnya”.
Dalam pembelajaran diberikan keringanan, para guru begitu baikku. Sempat ada yang bilang aku ini “Anak Emas para guru”. Karena mungkin aku begitu dekat dengan para guru. Alasan izin selalu terbalas dengan senyuman para guru. Dan aku selalu mendapatkan izin dan pemberian semangat “semoga berhasil”. Lagi-lagi aku mengikuti lomba, baik lomba yang bergrouf ataupun individu. “bapak bangga dengan prestasimu”, “berkata para guru”.

 

Next . . .

사랑해 Lubuk Hati Yang Paling dalam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan DUka

Suka Korea n India